Kamis, 17 Januari 2019

MELIHAT MUTU DEDAK PADI


Bagi masyarakat peternak Indonesia, dedak padi sudah menjadi kebutuhan pokok dalam menyusun ransum ternak. Meskipun banyak sekali pemalsuan terhadap dedak padi, masih banyak peternak yang setia mengunakan dedak padi sebagai bahan pakan ternaknya. Peternak Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Domba, Ayam Petelur, Ayam Pedaging dan Puyuh kebanyakan menggunakan dedak padi sebagai salah satu bahan pokok untuk Pakan ternak. Komoditi dedak padi perlu menjadi perhatian pemerintah, karena ketersediaannya menyangkut hajat hidup orang banyak dan nasib para pelaku ekonomi di sektor peternakan.
        Dedak Padi merupakan hasil sampingan dari industri pengolahan padi dimana 7 hingga 10% gabah yang digiling akan menghasilkan dedak. Menurut Shahee et al., (2015) menyatakan bahwa dedak padi merupakan produk sampingan agro industri sebagai sumber energi dan protein yang murah dan mudah didapatkan. Sebagian besar masyarakat menggunakan dedak padi sebagai sumber pakan lokal yang banyak digunakan oleh peternak sebagai campuran dalam ransum ternak ruminansia maupun unggas. Kandungan nutrien yang terdapat dalam dedak padi hingga saat ini masih mampu untuk mengimbangi kebutuhan nutrien dalam ransum. Menurut Utami (2011), dedak padi mengandung nutrien bahan kering 88,93%, protein kasar 12,39%, serat kasar 12,59%, kalsium 0,09% dan fosfor 1,07%.
Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia. Menurut (Schalbroeck, 2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram dedak. Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak (Scott et al., 1982).
Kualitas/Mutu Dedak Padi versi SNI
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah dokumen yang berisikan persyaratan teknis yang disusun secara konsensus oleh pemangku kepentingan dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk mencapai tujuan tertentu. SNI yang ditetapkan berlaku secara sukarela. Walaupun masih sukarela, sekarang sudah banyak pelaku usaha yang menerapkan SNI. Bahwa Prinsip Penerapan standar (SNI) yang bersifat sukarela memiliki korelasi positif.
SNI 3178:2013 menetapkan klasifikasi, persyaratan mutu, pengambilan contoh dan analisis, serta penandaan dan pengemasan pada dedak padi sebagai bahan pakan ternak. Standar ini merupakan revisi SNI 01-3178-1996 Dedak padi - Bahan baku pakan, dan disusun sebagai upaya untuk memberikan  jaminan mutu bagi produsen dan konsumen. Mutu dedak padi sebagai bahan pakan ternak didasarkan atas kandungan gizi dan ada tidaknya zat atau bahan lain yang tidak diinginkan, yang digolongkan dalam 3 (tiga) tingkatan mutu.
Persyaratan Mutu SNI 3178 – 2013 ( Dedak Padi )
No
Jenis Uji
Persyaratan
Mutu I
Mutu II
Mutu III
1
Kadar Air (Maks)
13%
13%
13%
2
Kadar Abu (Maks)
11%
13%
15%
3
Kadar Protein Kasar (Min)
12%
10%
8%
4
Serat Kasar (Maks)
12%
15%
18%

Dimana hasil pengujian produk Dedak padi  di Kabupaten Blitar di lihat dari Mutu Protein Kasarnya menunjukkan kesesuaian diatas 45,45% dengan Mutu I,  27,27% dengan Mutu II, dan 27,27% dengan Mutu III. Di mana hasil di atas menunjukaan bahwa pengetahuan serta seleksi dalam pembelian Dedak Padi sesuai dengan standart yang ada.
Adapun pemalsuan yang sering di lakukan pada dedak padi diantaranya dicampurkannya dedak padi dengan bahan-bahan yang lain diantaranya serbuk gergaji, sekam padi, limbah agar-agar, tepung batu, dll. Dimana bahan-bahan yang di campurkan memiliki harga yang relatif murah dan banyak tersedia. Seringkali pemalsuan juga di campurkan urea pada dedak padi supaya memiliki nilai protein kasar yang lebih tinggi. Sehingga dalam hal ini perlu berhati-hati membeli dedak padi yang di campurkan dengan urea dikarenakan bila diujikan kandungan protein kasarnya saja dalam Laboratorium akam memiliki nilai yang tinggi, bahkan bisa sesuai dengan mutu dalam SNI. Oleh karena itu juga perlunya pengujian urea pada dedak padi untuk mengurangi kecurangan dalam peredaran dedak padi di kalangan peternak.
Dalam melakukan pengambilan sampel dedak padi disarankan dilakukan oleh pengawas mutu pakan, petugas pengambil contoh atau petugas yang ditunjuk oleh instansi berwenang, dengan mengacu pada SNI 19-0428. Sedang analisis dilakukan melalui:
1.      Analisis Kadar Air dan Serat Kasar berdasarkan metoda pada SNI 01-2891;
2.      Analisis Kadar Abu dan Protein Kasar dilakukan dengan metoda AOAC 2005, AOAC Official Methods Chapter 4 Animal Feed;
3.      Analisis Kadar Sekam dilakukan dengan menggunakan uji floroglucinol.
Dalam penjelasan di atas, tentu kita bisa membayangkan bagaimana sebuah produk dedak padi harus sesuai dengan SNI, di mana proses kesesuaian harus melalui pengujian kualitas dengan berbagai parameter sehingga lolos dan aman untuk di gunakan sebagai bahan  penyusun pakan ternak. Penyusunan SNI dedak padi oleh para pemangku kepentingan (wakil dari produsen, konsumen, ahli, dan pemerintah) tentunya telah mempertimbangkan aspek-aspek ilmiah baik pendekatan teknologi pertanian maupun teknologi lainnya sehingga mutu dedak padi memenuhi syarat aman dikonsumsi ternak. Konsumen yang cerdas akan memilih dedak padi yang sesuai dengan SNI dibanding dengan yang tidak sesuai SNI karena mempunyai kelebihan sesuai persyaratan mutu dedak padi dalam SNI.
Agar produk dedak padi sesuai SNI terjaga integritasnya, maka ada baiknya jika pengajuan proses pengujian ke laboratorium yang sudah diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). (Pengawas Mutu Pakan Ahli Pertama, Priya Anugera S, S.Pt)

Daftar Pustaka :
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Buletin informasi SNI Terbaru. 1 (3) : 10.
Scott, M. L, M. C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of Chiken. 3rd Edition, Published M, L Scott and Associates: Ithaca, New York.
Shcalbroeck. 2001. Toxicologikal evalution of red mold rice. DFG- Senate  Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Shaheen, M., I. Ahmad, F. M. Anjum, Q-A. Syed And M. K. Saeed. 2015. Effect of processed rice bran on growth performance of broiler chicks from Pakistan. Bulgarian J. of Agric. Sci., 21 (2) : 440–445.
Utami, Y. 2011. Pengaruh imbangan feed suplemen terhadap kandungan protein kasar, kalsium dan fosfor dedak padi yang difermentasi dengan Bacillus amyloliquefaciens. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Tidak ada komentar:
Write comments