Fermentasi merupakan salah satu perlakuan biologi dengan
menggunakan jasa mikrobia selulolitik
yang dapat mendegradasi bahan pakan berserat/selulosa. Perlakuan biologi dengan fermentasi dapat
menurunkan serat dengan cara memutuskan ikatan lignoselulosa antara lignin
dengan selulosa dan hemiselulosa melalui enzim-enzim selulase yang diproduksi
oleh mikrobia selulolitik, sehingga dapat meningkatkan kecernaannya.
Wibowo (1990) menyatakan bahwa fermentasi diartikan sebagai pembentukan
energi melalui senyawa organik, sedangkan aplikasinya ke dalam industri,
fermentasi diartikan sebagai proses untuk mengubah bahan dasar menjadi suatu
produk oleh massa sel mikroorganisme. Menurut Winarno et al. (1984), fermentasi dalam
aplikasinya di dunia industri dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
mengubah bahan dasar menjadi suatu produk oleh sel-sel mikrobia dan fermentasi
dapat mengakibatkan perubahan sifat substrat.
Prinsip dalam fermentasi adalah pengaturan
kondisi pertumbuhan mikroorganisme secara optimal sehingga dicapai keadaan
yang menghasilkan laju pertumbuhan spesifik optimum. Fermentasi dapat terjadi
karena adanya aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat
organik yang sesuai (Winarno et al, 1984) dan terjadinya fermentasi
ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan sebagai akibat pemecahan kandungan
bahan tersebut. Fermentasi merupakan teknik pengolahan yang relatif mudah,
murah dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Proses Fermentasi mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan)
yg mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yg lebih baik,
disamping itu juga sekaligus dapat menurunkan zat anti nutrisinya (jika ada).
Proses fermentasi jika ditinjau dari jenis
mediumnya dibagi menjadi 3 macam :
1. F. Medium
Padat :
|
|
|
·
Medium tdk larut, tapi cukup lembab utk
keperluan m.b. (KA 12 – 60 %)
|
2. F. Medium
Semi Padat
|
|
|
·
Medium
tdk larut, kelembaban cukup (KA = 65 – 80 %)
|
3. F. Medium
Cair
|
|
|
·
Medium
cair à substrat larut dan atau tak larut (KA
> 80 %)
|
Sedangkan
berdasarkan proses kerjanya, fermentasi dibagi menjadi 3 macam :
· Batch
Fermentation, yaitu proses fermentasi yang dilakukan dalam sebuah tempat
(wadah), satu kali proses fermentasi
langsung panen (tidak terjadi penambahan nutrient dan starter/ inokulum)
· Fed
Batch Fermentation, yaitu proses fermentasi yang dilakukan dalam sebuah tempat
(wadah), satu kali proses fermentasi dan
pemanenan sekali, tetapi dalam prosesnya (pemeraman) terjadi penambahan
nutrient dan starter/ inokulum dalam
medium
· Continuous
Fermentation, yaitu proses fermentasi yang dilakukan dalam sebuah tempat
(wadah), proses fermentasi terjadi
secara terus menerus dan terjadi penambahan nutrient dan inokulum dalam
prosesnya, serta pemanenan dapat dilakukan berkali-kali
Menurut Soetrisnanto (1988), faktor-faktor
yang mempengaruhi fermentasi adalah sebagai berikut : 1) Suhu, 2) Oksigen
(kondisi aerob/ anaerob), 3) Kandungan air medium/substrat, 4) Jml dan macam
Inokulum (starter m.o), 5) PH
medium (awal fermentasi), 6)
Kandungan nutrisi medium, 7) Jenis substrat. Substrat merupakan salah satu
faktor yang cukup penting dalam proses fermentasi dan menentukan efisien
tidaknya proses fermentasi itu dilakukan. Beberapa faktor yg mempengaruhi pemilihan substrat adalah sebagai berikut
:
1.
Tersedia dan mudah didapat
·
Tersedia sepanjang tahun; jangan dari bahan yang
musiman/ tersedia terbatas
·
Dapat disimpan dalam beberapa bulan, mutu dan
komposisinya relatif tetap
2. Sifat fermentasi
·
Substrat harus dapat difermentasi
·
Mis: Produksi PST à Trichoderma viridae dpt tumbuh baik pd substrat
Selulosa (jerami padi); tetapi tidak dapat tumbuh baik pada bungkil
kelapa
Menurut Priscote dan Dum (1959) yang
disitasi oleh Suhadijono dan Syamsiah (1988), mikroorganisme yang digunakan
dalam industri diharapkan mempunyai ciri‑ciri antara lain mampu tumbuh cepat
dalam substrat organik dan mudah dibiakkan dalam jumlah besar; pada kondisi
tertentu bersifat konstan, dapat menghasilkan enzim yang diperlukan secara
cepat dan segera melakukan perubahan kimia terhadap substrat tertentu yang
inginkan; mampu melakukan transformasi‑transformasi dan tahan bekerja pada
kondisi sekeliling yang sedikit mengalami perubahan.
Kapang AspergIllus niger
merupakan salah satu jenis kapang yang menghasilkan enzim‑enzim ekstraseluler
antara lain adalah amilase, selulase dan amiloglukosidase. Enzim‑enzim yang dikeluarkan oleh
Aspergillus niger berfungsi untuk memecah zat pati yang berada di dalam
media. Kapang ini merupakan kapang yang
dapat tumbuh dengan cepat, tidak membahayakan karena tidak menghasilkan
mikotoksin dan penanganannya lebih mudah serta bersifat aerobik sehingga
membutuhkan oksigen dalam jumlah yang cukup (Raper dan Fennell, 1977). Penggunaan A. niger dalam biokonversi
produk-produk pertanian telah lama banyak dilakukan, salah satunya dalam bidang
peternakan adalah fermentasi onggok dengan A
. niger dapat meningkatkan protein
kasar sebesar 18 – 25 % (Kompiang, 1993). Perubahan kimia dan fisika selama
proses fermentasi dapat dilihat pada ilustrasi di atas.
Peralatan yang Digunakan
Beberapa peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan praktikum proses fermentasi
ini adalah sebagai berikut :
·
Tempat
bahan yang akan difermentasi, berupa baki atau nampan.
·
Cawan
petri, ose, lampu bunsen dan termometer
·
Autoclaf
untuk sterilisasi medium
·
Timbangan
·
Gelas
ukur dan ember plastik
·
Kertas
label dan spidol
Adapun bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·
Bahan pakan yang akan di fermentasi, berupa kulit
kopi, kulit ari jagung (tumpi) dan atau
onggok
·
Starter/
inokulum Aspergilus niger
·
Nasi
dan atau PDA (potato dextro agar) (untuk
perbanyakan A. Niger)
·
Air
Prosedur pembuatan
bahan pakan fermentasi :
Memperbanyak starter,
dengan menanam (mengkulturkan) starter pada Nasi atau PDA yang telah
disterilkan lebih dahulu. Metode perbanyakan starter adalah sebagai berikut :
Ambil stok kultur
(dalam tabung agar miring yang berisi kultur mikrobia), kemudian
juga ambil cawan
petri yang telah berisi PDA yang siap akan ditanami. Pegang kedua-duanya dengan
tangan kiri dan taruh 5 – 10 cm kedua mulut tabung diatas lampu bunsen (untuk
menghindari kontaminan). Tangan kanan kemudian memegang ose (kawat dengan ujung
yang melingkar kecil, fungsinya untuk memindah mikrobia), mula-mula bakar ujung
ose tersebut sampai memerah, kemudian sebelum mengambil mikrobia pada stok
kultur, dinginkan dulu ose tersebut (bisa dengan cara menempelkan pada agar di
stok kultur). Cara memindah :
mula-2 buka tutup tabung stok kultur dan medium APDA yang akan ditanami, kedua
mulut tabung tetap di atas api bunsen, kemudian bakar kawat ose, setelah
memerah dinginkan pada agar di tabung tersebut (kedua mulut tabung tetap di
atas bunsen); Setelah dingin, gores
mikrobia yang ada di tabung stok kultur
dengan ose dan pindahkan dengan goresan zig zag pada medium agar di
cawan petri PDA baru, kemudian langsung
ditutup lagi. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar sekitar 3 – 7 hari, setelah
terlihat tumbuh banyak, kemudian simpan pada refrigerator (suhu 5 – 10 0C).
Tempat pengkulturan bisa juga dilakukan dalam baki kecil dan ditutup dengan
plastik “Cling”. Setelah medium tertutup
dengan A. niger (+ 5 hari), maka A. niger bersama mediumnya di
keringkan pada suhu 40 0 C.
Setelah kering kemudian di gerus dengan Mortel dan disimpan sebagai stok
starter.
Proses fermentasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Siapkan kultur mikrobia yang sesuai, misalkan : mikrobia selulolitik (Aspergilus niger ). Siapkan substrat yang
akan diberi kultur (misalnya : onggok, kulit kopi, tumpi atau dedak, dsb. ), bila perlu di sterilisasi dulu
denagn autoklaf atau minimal dikukus selama 30 – 60 menit, untuk menghindari
kontaminan. Atur kadar air substrat sekitar 60 – 70 %, agar proses fermentasi berjalan optimal, pH disusuaikan
habitat mikrobia/ starter, untuk A. niger, pH dibuat sedikit asam (4,5 –
5) (karena A. niger menyukai sedikit
asam). Inokulasi substrat dengan starter
mikrobia dengan persetase sebesar 2,5 - 5 % (berat/ berat % BK bahan). Cara inokulasi dilakukan dengan menabur
starter yang telah dilarutkan dengan aquadest steril pada medium produksi/
substrat yang telah di taruh dalam baki/ nampan, dengan persentase tersebut di atas, kemudian
untuk mengurangi kontaminan, nampan ditutup plastik “Cling”, kalau perlu
plastik dilubangi kecil-kecil. Kemudian
disimpan (diinkubasi) selama 7 – 14 hari pada tempat yang cukup bersih.
Termometer disisipkan dalam nampan untuk mengetahui perubahan suhu selama
fermentasi.
Tidak ada komentar:
Write comments