JAGUNG KESAYANGAN PARA PETERNAK

Sumber : https://disnakkan.blitarkab.go.id/

Di awal tahun 2019 gejolak pakan konsentrat unggas dan jagung masih belum mereda. Jagung di pasaran pada awal tahun ini masih berkisaran Rp. 5.500/kg. Kelangkaan suplai jagung nasional khususnya di Kabupaten Blitar, bukan saja dihadapi oleh produsen pakan ternak, tetapi juga dialami oleh peternak ayam khususnya ayam petelur yang menyusun sendiri ransum pakannya. Di sentra-sentra produksi telur nasional seperti Blitar Jawa Timur khususnya wilayah kecamatan ponggok, srengat dan kademangan, peternak ayam bukan hanya menghadapi lonjakan harga jagung, tetapi mereka menjerit dan kelimpungan karena sulit mendapatkan jagung untuk kelanjutan usaha mereka.
Kelangkaan jagung terjadi karena terlambat panen jagung imbas musim tanam jagung yang mundur akibat dari fenomena kekeringan panjang. Hal ini membuat harga jagung lokal melonjak hingga 2 kali lipat. Jagung merupakan tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/ graminae yang mempunyai batang tunggal. Produk utama jagung adalah bijiannya (grain). Bijian sebenarnya adalah buah dan biji yang menyatu. Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma yang kaya sumber energi. Dari bijian yang dihasilkan, jagung menjadi sumber pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan beras/padi, selain itu juga digunakan untuk pakan ternak
Biji Jagung dapat digunakan untuk pakan ternak unggas khususnya untuk pembuatan ransum ayam Petelur (Layer), Ayam Pedaging (Broiler), Ayam Lokal (Arab Petelur dan Ayam Kampung), Burung Puyuh serta Ayam Aduan. Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energy. Walaupun jagung mengandung protein sebesar 8,6%, tetapi pertimbangan penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk kebutuhan energi. Apabila energi yang terdapat pada jagung masih kurang, misalnya untuk pakan ayam petelur, biasanya ditambahkan CPO (Crude Palm Oil) agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah dicerna. Jagung juga mengandung 3,9% lemak, terutama terdapat di bagian lembaga biji. Kadar asam lemak linoleat dalam lemak jagung sangat tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam, terutama ayam petelur. Dalam ransum unggas, baik ayam broiler maupun petelur, jagung menyumbang lebih dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Di samping itu, jagung mempunyai kandungan serat kasar yang relatif rendah sekitar 2% sehingga cocok untuk pakan ayam.  Adapun table komposisi lengkap dari biji jagung sebagai berikut :
Nama Bahan
BK
LK
SK
BETN
PK
Jagung Biji Putih
86 %
4.1%
2.2%
69.5%
8.6%
Jagung Biji Kuning
86%
4.0%
2.2%
68.6%
8.9%
Dedak Jagung
86%
6.9%
4.3%
61.8%
9.7%

Selain itu tanaman jagung utuh yang masih hijau dimanfaatkan oleh usaha peternakan sebagai hijauan pakan ternak. Kandungan protein tanaman jagung sebagai hijauan pakan ternak cukup tinggi sebagai sumber pakan bagi sapi, kambing dan kerbau. Tebon jagung sendiri adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45 – 90 hari ada pula yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan jagung muda ke dalamnya. Tebon jagung ini dapat dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak ruminansia. Selain itu limbah tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan untuk pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat kasarnya sekitar 30%. Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh. Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan hay dan disimpan oleh peternak untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau. Dengan berkembangnya usaha penggemukan sapi serta sapi perah, seluruh tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Jagung ditanam secara khusus untuk menggantikan rumput. Tanaman jagung pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh, mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi. Adapun table komposisi lengkap dari tebon jagung sebagai berikut :
Nama Bahan
BK
LK
SK
BETN
PK
Jagung umur 43-56 Hari (dengan jagung utuh)
19 %
0.4%
5.8%
9.6%
1.5%
Jagung umur 57-70 Hari (dengan jagung utuh)
22%
0.4%
6.4%
10.7%
1.9%
Jagung umur 99-112 Hari (dengan jagung utuh)
31%
0.7%
8.0%
18.0%
2.5%
Tebon Jagung (tanpa jagung)
20%
0.4%
5.9%
11.0%
1.1%
Tebon Jagung (tanpa jagung)
86%
1.5
29.1
41.8%
6.0%

Meskipun jagung secara keseluruhan memegang peranan penting dalam dunia peternakan. Namun kualitas jagung tetap perlu diperhatikan dalam penggunaanya untuk pakan ternak. Mutu jagung sangat bervariasi, sehingga penerimaan bahan tersebut di pabrik pakan maupun peternak membutuhkan pengawasan yang ketat. Sebelum dibongkar dari truk pengangkutan bahan baku, staf pengendalian mutu pada  industri pakan maupun peternak mengevaluasi mutu secara fisik, berdasarkan evaluasi tersebut diputuskan apakah bahan tersebut diterima atau ditolak. Kriteria mutu fisik jagung diantaranya ditentukan berdasarkan persentase biji utuh, biji pecah, biji rusak, dan biji berjamur. Saat ini penentuan persentase biji utuh, biji pecah, biji rusak, dan biji berjamur  pada jagung dilakukan melalui pemisahan secara manual dan selanjutnya ditimbang untuk mengetahui persentase masing-masingnya. Persyaratan mutu berdasarkan grade jagung sebagai berikut:
No
Komponen Utama
Persyaratan Mutu (% maks)


I
II
III
IV
1
Kadar Air
14
14
15
17
2
Butiran Rusak
2
4
6
8
3
Butiran Warna Lain
1
3
7
10
4
Butiran Pecah
1
4
3
5
5
Kotoran
1
1
2
2

Persyaratan mutu jagung untuk perternakan harus sesuai dengan standar SNI yang mana dikelompokkan menjadi dua ( 2 ) yakni kuantitatif dan kualitatif yang meliputi produk harus terbebas dari hama penyakit, produk harus terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya, produk harus terbebas dari bahan dan sisa pupuk dan pestisida dan Memiliki suhu normal. Adapun syarat untuk jagung berdasarkan SNI 01-4483-1998 sebagai berikut :
No
Komposisi
Satuan
Persyaratan
1
Kadar Air (Maks)
%
14.0
2
Kadar Protein Kasar (Min)
%
7.5
3
Kadar Serat Kasar (Maks)
%
3.0
4
Kadar Abu (Maks)
%
2.0
5
Kadar Lemak (Min)
%
3.0
6
Mikotoksin



a) Aflatoksin (Maks)
ppb
50.0

b) Okratoksin (Maks)
ppb
5.0
7
Butir Rusak (Maks)
%
5.0
8
Warna Lain (Maks)
%
5.0
9
Benda Asing (Maks)
%
2.0
10
Kepadatan (Min)
Kg/cm3
700


Selain itu manajemen penyimpanan jagung yang baik perlu di perhatikan dalam menjaga kualitas dari jagung, adapun hal-hal yang perlu di perhatikan diantaranya:
1. Terapkan sistem penyimpanan secara first in first out (FIFO) dimana jagung yang disimpan lebih dahulu harus digunakan lebih awal
2. Gunakan alas (pallet) di bawah tumpukan karung jagung agar jagung tidak lembab
3. Jaga kondisi atap jangan sampai bocor dan mengenai tumpukan jagung
4. Minimalkan penggunaan karung tempat penyimpanan jagung secara berulang, terutama saat kondisi cuaca dan kelembaban berubah
5. Jika perlu tambahkan mold inhibitor (penghambat tumbuhnya jamur), seperti asam propionat atau asam organik lainnya
6. Perhatikan lama penyimpanan jagung, hendaknya jagung disimpan tidak lebih dari 1 bulan. Bentuk fisik jagung juga berpengaruh terhadap lama waktu penyimpanan jagung. Jagung pecahan akan lebih cepat terkontaminasi jamur dibandingkan jagung butiran, oleh karena itu penyimpanan jagung pecahan hendaknya lebih pendek dibandingkan jagung butiran
7. Sebisa mungkin cegah adanya serangga, baik yang hidup di luar maupun di dalam jagung. Serangga ini bisa merusak lapisan pelindung biji jagung sehingga mampu memicu tumbuhnya jamur
8. Selama penyimpanan jagung hendaknya dilakukan pengecekan jagung secara rutin dan jika ada jagung yang sudah terkontaminasi jamur hendaknya segera diambil dan dipisahkan
9. Yang perlu diperhatikan agar menyimpan jagung di ukur dengan kebutuhan dalam menyusun pakan ternak, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan dari jagung tersebut. (Priya Anugera-Wastukan Kab Blitar)

Tidak ada komentar:
Write comments