Senin, 11 Februari 2019

Botani dan Ekologi Kaliandra ( Seri 1 )


Marga Calliandra termasuk suku Leguminosae, anak-suku Mimosoideae dan kelompok Ingae. Calliandra merupakan marga yang besar, beranggotakan sekitar 132 jenis, tersebar dari Amerika Utara sampai Selatan, 9 jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika dan 2 jenis dari sub-benua India. Pusat keanekaragaman marga ini berada di negara bagian Bahia, Brasil. Ada juga pusat keanekaragaman kedua di Meksiko selatan dan Guatemala. Banyak jenis tanaman ini berupa perdu atau pohon kecil, walaupun ada juga yang berupa herba atau pohon besar (misalnya, jenis C.stipulaceae tumbuh sampai 25 m tingginya). Sebagian besar jenis ini tidak berduri, tetapi ada pengecualian yang langka, yaitu C. umbrosa dari India.


Banyak jenis Calliandra terdapat di hutan pamah basah, sering dijumpai sepanjang bantaran sungai atau di bawah tegakan hutan. Meskipun demikian, ada juga jenis yang tumbuh di pegunungan (misalnya, C. hirsuta), dan ada juga yang tumbuh di semak belukar di lahan kering (misalnya, C. californica).

Walaupun tempat tumbuh dan kisaran persebaran Calliandra sangat luas, ada banyak ciri yang membuat jenis ini mudah dikenali. Semua jenis memiliki daun dengan sumbu utama, dari sumbu utama ini muncul sumbu sekunder yang bercabang berpasangan dan saling berhadapan. Pasangan helai daun tersusun sepanjang sumbu sekunder. Pada beberapa jenis, daun hanya memiliki dua sumbu sekunder dengan sepasang helai daun pada setiap sumbu. Pada jenis lain, daun memiliki banyak sumbu sekunder dan pasangan helai daun. Uniknya, pada jenis C. Hymenaeodes helai daun bercabang dengan satu sumbu pusat.

Bunga semua jenis Calliandra terbentuk dalam gerombol atau kepala berbentuk setengah bulatan. Pada beberapa jenis, gerombol tersebut tersusun dalam kelompok yang berselingan memutar ke arah ujung cabang yang sedang berbunga. Tipe susunan bunga yang terakhir ini disebut tandan. Semua bunganya hampir selalu berbentuk mangkuk dengan lima kelopak yang tersusun teratur. Banyak sekali benang panjang berwarna putih atau merah keluar dari atas mangkuk bunga. Benang-benang ini selalu tersambung ke dalam tabung di pangkal bunga, yang panjangnya sedikitnya dua kali dari panjang bunga. Di dalam kelompok bunga pada satu kepala, kadang hanya beberapa bunga di bagian tengah saja yang menghasilkan nektar dan bersifat fungsional. Pada kasus ini bunga bagian luar membantu untuk menarik penyerbuk. Pada beberapa jenis, sebagian kecil bunganya hanya memiliki bagian penghasil serbuk sari (jantan),dan bunga-bunga ini tersebar diantara bunga yang berkelamin dua.

Bunga Calliandra mekar pada malam hari dan umumnya diserbuki oleh kelelawar atau ngengat yang menghirup nektar yang dihasilkan pada bagian pangkal mangkuk bunga. Pada C. Schultzei kelopak bunga tersusun secara tidak teratur dan penyerbuk utamanya adalah sejenis burung isap-madu.

Buah pada semua jenis Calliandra berbentuk lurus (atau agak melengkung), dan polongnya memipih dengan pinggiran yang menenebal. Polong ini merekah mendadak dari bagian ujung untuk mengeluarkan biji. Mekanisme pemencaran biji ini hanya terjadi pada beberapa marga  saja, dan mekanismenya sangat berkaitan dengan struktur bunga yang sangat berbeda.

Calliandra calothyrsus
Persebaran
C. calothyrsus merupakan jenis yang unik dalam marganya karena penggunaannya yang luas secara internasional sebagai pohon serbaguna untuk wanatani. Jenis ini secara alami terdapat di Meksiko dan Amerika Tengah, dari negara bagian Colima, Meksiko, turun ke pesisir utara Panama bagian tengah. Pada tahun 1936 benih tanaman ini dikirimkan dari Guatemala selatan ke Jawa. Benih ini kemungkinan besar dikumpulkan dari provenans “Santa Maria de Jesus” di Guatemala. Sampai tahun 1974, berbagai percobaan di tingkat desa telah dilakukan untuk menilai kesesuaiannya untuk penghijauan lahan-lahan yang tererosi di sekitar desa. C. calothyrsus terbukti sesuai untuk berbagai kegunaan sistem wanatani dan dipromosikan oleh instansi kehutanan di Indonesia untuk penyebaran pertanaman. Dari Jawa jenis ini kemudian diperkenalkan ke berbagai pulau lainnya di Indonesia. Kepopuleran jenis ini lalu membangkitkan minat di tempat lain dan benihnya dikirimkan ke negara-
negara lain di Afrika, Asia dan bahkan kembali ke Amerika Tengah. Sekarang jenis ini diyakini telah tersebar di seluruh kawasan tropis.

Pada waktu yang bersamaan, yaitu awal tahun 1980-an, suatu lembaga penelitian di Costa Rica, CATIE, melakukan pengumpulan benih dari beberapa provenans di Guatemala, Costa Rica dan Honduras untuk uji coba di Amerika Tengah.

Pada tahun 1990 Oxford Forestry Institute mulai melakukan pengumpulan benih secara lebih luas lagi, dan kegiatan ini berakhir pada tahun 1993. Pengumpulan biji ini meliputi 50 provenans dari delapan negara di sebaran alaminya. Biji yang dikumpulkan dikirimkan ke 32 negara untuk evaluasi jenis dan provenans. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa provenans yang diintroduksi ke Jawa pada tahun 1930-an, yang merupakan sumber dari hampir semua populasi eksotik, merupakan salah satu yang paling produktif dari provenans yang ada. Provenans lain yang cepat tumbuh adalah San Ramón, dari Nikaragua, yang menghasilkan lebih banyak biomassa tetapi kurang baik kualitasnya sebagai hijauan ternak.

Botani
Calliandra calothyrsus adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh mencapai tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil, pucat berbentuk oval. Ke arah pucuk batang cenderung bergerigi, dan pada pohon yang batangnya coklat-kemerahan, ujung batangnya bisa berulas merah. Di bawah batang, sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Jika di dalam tanah terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil akar. Dalam populasi jenis tertentu pertumbuhan akar tumbuh menyerupai akar penghisap sehingga tanaman membentuk rumpun yang sebenarnya merupakan satu tanaman tunggal saja.

Jenis ini memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang daun utama dapat mencapai 20 cm dan lebarnya mencapai 15 cm dan pada malam hari daun-daun ini melipat ke arah batang. Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan atasnya, tetapi tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya.

Di sebaran alaminya, tanaman ini berbunga sepanjang tahun, tetapi masa puncak pembungaannya terjadi antara bulan Juli dan Maret. Di Indonesia, musim berbunga jenis ini sangat bervariasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, bergantung pada jumlah curah hujan dan persebarannya, dan puncaknya berlangsung antara bulan Januari dan April. Tandan
bunga berkembang dalam posisi terpusat. Bunganya bergerombol di sekitar ujung batang. Bunga menjadi matang dari pangkal ke ujung selama beberapa bulan. Bunga ini mekar selama satu malam saja dengan benang-benang mencolok yang umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya (walaupun kadang ada juga yang berwarna merah-jambu).
Sehari kemudian benang-benang ini akan layu dan bunga yang tidak mengalami pembuahan akan gugur.
Polong terbentuk selama dua sampai empat bulan dan ketika sudah masak, panjangnya dapat mencapai 14 cm dan lebarnya 2 cm. Polong berbentuk lurus dan berwarna agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang pipih. Permukaan biji yang sudah matang berbintik hitam dan coklat, dan terdapat tanda yang khas berbentuk ladam kuda pada kedua permukannya yang rata. Biji yang masak panjangnya dapat mencapai 8 mm dan keras ketika ditekan dengan kuku. Di tempat persebaran alaminya, puncak musim biji terjadi antara bulan November dan April. Di Indonesia, C. calothyrsus menghasilkan biji dari bulan Juli sampai November. Dengan keringnya polong, maka pinggirannya yang tebal mengeras sehingga polong merekah mendadak dari ujungnya. Bijinya keluar dengan gerakan berputar dan bisa terpental sejauh 10 m.

Kecambah tumbuh dengan kedua keping biji muncul di atas permukaan tanah. Daun pertama hanya memiliki satu sumbu yang menjadi tempat tumbuh helai daun, tetapi daun berikutnya terbagi menjadi sumbu-sumbu sekunder. Di tempat asalnya, jenis ini memiliki beberapa nama umum, yang paling sering digunakan adalah “cabello de angel” (artinya ”rambut malaikat”) dan “barbe sol” (artinya ”jenggot matahari”). Di Indonesia jenis ini disebut ”kaliandra merah”. ”Kaliandra putih” adalah jenis yang berkerabat tetapi sekarang tidak lagi diklasifikasikan dalam Callianda, tetapi nama ilmiahnya adalah Zapoteca tetragona.


Taksonomi
Di Meksiko dan Amerika Tengah, C. calothyrsus adalah salah satu dari tujuh jenis yang terdapat secara alami, yang ada pada suatu seksi marga, yang disebut ”seri Racemosae”. Nama Racemosae menunjukkan bahwa jenis ini mempunyai sumbu berbunga yang memanjang (panjangnya mencapai 40 cm). Daun pada ketujuh jenis ini juga khas karena terdapat banyak pasangan sumbu sekunder yang muncul dari sumbu utama daun, setiap sumbu sekunder memiliki beberapa pasang helai daun (kurang dari 2 cm panjangnya dan 0,5 cm lebarnya). Di Amerika Selatan ada banyak jenis lain yang penampilannya mirip, tetapi tidak memiliki tandan bunga, atau memiliki lebih sedikit pembagian daun.

Calliandra calothyrsus dapat dibedakan dari jenis penampakannya yang serupa, berdasarkan kombinasi ciri-cirinya yang unik. Helai daunnya hampir lurus dan cenderung tidak tumpang tindih dan permukaan atasnya tidak berkilau. Daunnya lembut dan cenderung melipat ketika cabang yang berdaun dipotong. Daun penumpu (stipula, terdapat berpasangan pada pangkal tangkai daun) panjang dan tipis dan tidak berbentuk oval, dan teksturnya seperti daun ketika hijau. Daun-daun selalu gugur dari cabang-cabang yang sudah tua. Cabang, bunga dan polong hampir selalu tidak berbulu. Kelopak bunganya sangat lembut, halus dan warnanya hijau atau kuning pucat (jarang sekali berulas merah). Kelopak bunga tidak pernah tebal atau berkayu dan tidak pernah tertutup bulu.

Ekologi
Calliandra calothyrsus tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai, tetapi dengan cepat akan menempati areal yang vegetasinya terganggu (misalnya, tepi-tepi jalan). Jenis ini tidak tahan naungan dan cepat sekali kalah bersaing dengan vegetasi sekunder lain. Di Meksiko dan Amerika Tengah tanaman ini tumbuh di berbagai habitat dari ketinggian permukaan laut sampai 1860 m. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang curah hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm, meskipun populasi tertentu terdapat di daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2-4 bulan (dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan). Namun pernah ada juga spesimen yang ditemukan di daerah yang musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini tumbuh di daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Jenis ini tidak tahan terhadap pembekuan. Di tempat tumbuh aslinya, jenis ini hidup pada berbagai tipe tanah dan tampaknya tahan terhadap tanah yang agak masam dengan pH sekitar 4,5. Jenis ini tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang secara teratur.

Sumber :
Stewart, J. Mulawarman, J.M. Roshetko dan M.H. Powell. 2001. Produksi dan pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus): Pedoman lapang. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Bogor, Indonesia dan Winrock International, Arkansas, AS. 63 halaman.

Tidak ada komentar:
Write comments