Marga
Calliandra termasuk suku Leguminosae, anak-suku Mimosoideae dan
kelompok Ingae. Calliandra merupakan marga yang besar,
beranggotakan sekitar 132 jenis, tersebar dari Amerika Utara sampai Selatan, 9
jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika dan 2 jenis dari sub-benua
India. Pusat keanekaragaman marga ini berada di negara bagian Bahia, Brasil. Ada
juga pusat keanekaragaman kedua di Meksiko selatan dan Guatemala. Banyak jenis tanaman
ini berupa perdu atau pohon kecil, walaupun ada juga yang berupa herba atau
pohon besar (misalnya, jenis C.stipulaceae tumbuh sampai 25 m
tingginya). Sebagian besar jenis ini tidak berduri, tetapi ada pengecualian
yang langka, yaitu C. umbrosa dari India.
Banyak
jenis Calliandra terdapat di hutan pamah basah, sering dijumpai
sepanjang bantaran sungai
atau di bawah tegakan hutan. Meskipun demikian, ada juga jenis yang tumbuh di pegunungan
(misalnya, C. hirsuta), dan ada juga yang tumbuh di semak belukar di
lahan kering (misalnya, C. californica).
Walaupun
tempat tumbuh dan kisaran persebaran Calliandra sangat luas, ada banyak
ciri yang membuat jenis ini mudah dikenali. Semua jenis memiliki daun dengan
sumbu utama, dari sumbu utama ini muncul sumbu sekunder yang bercabang
berpasangan dan saling berhadapan. Pasangan helai daun tersusun sepanjang sumbu
sekunder. Pada beberapa jenis, daun hanya memiliki dua sumbu sekunder dengan
sepasang helai daun pada setiap sumbu. Pada jenis lain, daun memiliki banyak
sumbu sekunder dan pasangan helai daun. Uniknya, pada jenis C. Hymenaeodes helai
daun bercabang dengan satu sumbu pusat.
Bunga
semua jenis Calliandra terbentuk dalam gerombol atau kepala berbentuk
setengah bulatan. Pada beberapa jenis, gerombol tersebut tersusun dalam
kelompok yang berselingan memutar ke arah ujung cabang yang sedang berbunga.
Tipe susunan bunga yang terakhir ini disebut tandan. Semua bunganya hampir
selalu berbentuk mangkuk dengan lima kelopak yang tersusun teratur. Banyak
sekali benang panjang berwarna putih atau merah keluar dari atas mangkuk bunga.
Benang-benang ini selalu tersambung ke dalam tabung di pangkal bunga, yang panjangnya
sedikitnya dua kali dari panjang bunga. Di dalam kelompok bunga pada satu kepala,
kadang hanya beberapa bunga di bagian tengah saja yang menghasilkan nektar dan bersifat
fungsional. Pada kasus ini bunga bagian luar membantu untuk menarik penyerbuk. Pada
beberapa jenis, sebagian kecil bunganya hanya memiliki bagian penghasil serbuk
sari (jantan),dan bunga-bunga ini tersebar diantara bunga yang berkelamin dua.
Bunga
Calliandra mekar pada malam hari dan umumnya diserbuki oleh kelelawar
atau ngengat yang menghirup nektar yang dihasilkan pada bagian pangkal mangkuk
bunga. Pada C. Schultzei kelopak bunga tersusun secara tidak teratur dan
penyerbuk utamanya adalah sejenis burung isap-madu.
Buah
pada semua jenis Calliandra berbentuk lurus (atau agak melengkung), dan
polongnya memipih dengan pinggiran yang menenebal. Polong ini merekah mendadak
dari bagian ujung untuk mengeluarkan biji. Mekanisme pemencaran biji ini hanya
terjadi pada beberapa marga saja, dan
mekanismenya sangat berkaitan dengan struktur bunga yang sangat berbeda.
Calliandra
calothyrsus
Persebaran
C.
calothyrsus merupakan jenis yang unik dalam marganya
karena penggunaannya yang luas secara internasional
sebagai pohon serbaguna untuk wanatani. Jenis ini secara alami terdapat di
Meksiko dan Amerika Tengah, dari negara bagian Colima, Meksiko, turun ke
pesisir utara Panama
bagian tengah. Pada tahun 1936 benih tanaman ini dikirimkan dari Guatemala
selatan ke Jawa. Benih ini kemungkinan besar dikumpulkan dari provenans “Santa
Maria de Jesus” di Guatemala. Sampai tahun 1974, berbagai percobaan di tingkat
desa telah dilakukan untuk menilai
kesesuaiannya untuk penghijauan lahan-lahan yang tererosi di sekitar desa. C.
calothyrsus terbukti sesuai untuk berbagai kegunaan sistem wanatani dan
dipromosikan oleh instansi kehutanan di Indonesia untuk penyebaran pertanaman.
Dari Jawa jenis ini kemudian diperkenalkan ke berbagai pulau lainnya di
Indonesia. Kepopuleran jenis ini lalu membangkitkan minat di tempat lain dan
benihnya dikirimkan ke negara-
negara lain di Afrika, Asia dan bahkan kembali ke
Amerika Tengah. Sekarang jenis ini diyakini telah tersebar di seluruh kawasan
tropis.
Pada
waktu yang bersamaan, yaitu awal tahun 1980-an, suatu lembaga penelitian di
Costa Rica, CATIE, melakukan pengumpulan benih dari beberapa provenans di
Guatemala, Costa Rica dan Honduras untuk uji coba di Amerika Tengah.
Pada
tahun 1990 Oxford Forestry Institute mulai melakukan pengumpulan benih
secara lebih luas lagi, dan kegiatan ini berakhir pada tahun 1993. Pengumpulan
biji ini meliputi 50 provenans dari delapan negara di sebaran alaminya. Biji
yang dikumpulkan dikirimkan ke 32 negara untuk evaluasi jenis dan provenans.
Percobaan tersebut menunjukkan bahwa provenans yang diintroduksi ke Jawa pada
tahun 1930-an, yang merupakan sumber dari hampir semua populasi eksotik,
merupakan salah satu yang paling produktif dari provenans yang ada. Provenans
lain yang cepat tumbuh adalah San Ramón, dari Nikaragua, yang menghasilkan
lebih banyak biomassa tetapi kurang baik kualitasnya sebagai hijauan ternak.
Botani
Calliandra
calothyrsus adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh
mencapai tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Kulit
batangnya berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil, pucat
berbentuk oval. Ke arah pucuk batang cenderung bergerigi, dan pada pohon yang
batangnya coklat-kemerahan, ujung batangnya bisa berulas merah. Di bawah
batang, sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dengan akar yang lebih
halus yang jumlahnya sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan
tanah. Jika di dalam tanah terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk
asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil akar. Dalam populasi jenis tertentu
pertumbuhan akar tumbuh menyerupai akar penghisap sehingga tanaman membentuk
rumpun yang sebenarnya merupakan satu tanaman tunggal saja.
Jenis
ini memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang
daun utama
dapat mencapai 20 cm dan lebarnya mencapai 15 cm dan pada malam hari daun-daun ini
melipat ke arah batang. Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan
atasnya, tetapi tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya.
Di
sebaran alaminya, tanaman ini berbunga sepanjang tahun, tetapi masa puncak pembungaannya
terjadi antara bulan Juli dan Maret. Di Indonesia, musim berbunga jenis ini sangat
bervariasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, bergantung pada jumlah
curah hujan dan persebarannya, dan puncaknya berlangsung antara bulan Januari
dan April. Tandan
bunga
berkembang dalam posisi terpusat. Bunganya bergerombol di sekitar ujung batang.
Bunga menjadi matang dari pangkal ke ujung selama beberapa bulan. Bunga ini
mekar selama satu malam saja dengan benang-benang mencolok yang umumnya
berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya (walaupun kadang ada juga
yang berwarna merah-jambu).
Sehari
kemudian benang-benang ini akan layu dan bunga yang tidak mengalami pembuahan akan
gugur.
Polong
terbentuk selama dua sampai empat bulan dan ketika sudah masak, panjangnya
dapat mencapai 14 cm dan lebarnya 2 cm. Polong berbentuk lurus dan berwarna
agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval
yang pipih. Permukaan biji yang sudah matang berbintik hitam dan coklat, dan
terdapat tanda yang khas berbentuk ladam kuda pada kedua permukannya yang rata.
Biji yang masak panjangnya dapat mencapai 8 mm dan keras ketika ditekan dengan
kuku. Di tempat persebaran alaminya, puncak musim biji terjadi antara bulan
November dan April. Di Indonesia, C. calothyrsus menghasilkan biji dari
bulan Juli sampai November. Dengan keringnya polong, maka pinggirannya
yang tebal mengeras sehingga polong merekah mendadak dari ujungnya. Bijinya
keluar dengan gerakan berputar dan bisa terpental sejauh 10 m.
Kecambah tumbuh dengan
kedua keping biji muncul di atas permukaan tanah. Daun pertama hanya memiliki
satu sumbu yang menjadi tempat tumbuh helai daun, tetapi daun berikutnya terbagi
menjadi sumbu-sumbu sekunder. Di tempat asalnya, jenis ini memiliki beberapa
nama umum, yang paling sering digunakan adalah “cabello de angel”
(artinya ”rambut malaikat”) dan “barbe sol” (artinya ”jenggot
matahari”). Di Indonesia jenis ini disebut ”kaliandra merah”. ”Kaliandra putih”
adalah jenis yang berkerabat tetapi sekarang tidak lagi diklasifikasikan dalam Callianda,
tetapi nama ilmiahnya adalah Zapoteca tetragona.
Taksonomi
Di
Meksiko dan Amerika Tengah, C. calothyrsus adalah salah satu dari tujuh
jenis yang terdapat secara alami, yang ada pada suatu seksi marga, yang disebut
”seri Racemosae”. Nama Racemosae menunjukkan bahwa jenis ini
mempunyai sumbu berbunga yang memanjang (panjangnya mencapai 40 cm). Daun pada
ketujuh jenis ini juga khas karena terdapat banyak pasangan sumbu sekunder yang
muncul dari sumbu utama daun, setiap sumbu sekunder memiliki beberapa pasang
helai daun (kurang dari 2 cm panjangnya dan 0,5 cm lebarnya). Di Amerika
Selatan ada banyak jenis lain yang penampilannya mirip, tetapi tidak memiliki
tandan bunga, atau memiliki lebih sedikit pembagian daun.
Calliandra
calothyrsus dapat dibedakan dari jenis penampakannya
yang serupa, berdasarkan kombinasi ciri-cirinya yang unik. Helai daunnya hampir
lurus dan cenderung tidak tumpang tindih dan permukaan atasnya tidak berkilau.
Daunnya lembut dan cenderung melipat ketika cabang yang berdaun dipotong. Daun
penumpu (stipula, terdapat berpasangan pada pangkal tangkai daun) panjang
dan tipis dan tidak berbentuk oval, dan teksturnya seperti daun ketika hijau.
Daun-daun selalu gugur dari cabang-cabang yang sudah tua. Cabang, bunga dan
polong hampir selalu tidak berbulu. Kelopak bunganya sangat lembut, halus dan
warnanya hijau atau kuning pucat (jarang sekali berulas merah). Kelopak bunga
tidak pernah tebal atau berkayu dan tidak pernah tertutup bulu.
Ekologi
Calliandra
calothyrsus tumbuh alami di sepanjang bantaran
sungai, tetapi dengan cepat akan menempati areal yang vegetasinya terganggu
(misalnya, tepi-tepi jalan). Jenis ini tidak tahan naungan dan cepat sekali
kalah bersaing dengan vegetasi sekunder lain. Di Meksiko dan Amerika Tengah
tanaman ini tumbuh di berbagai habitat dari ketinggian permukaan laut sampai
1860 m. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang curah hujannya berkisar
antara 1000 dan 4000 mm, meskipun populasi tertentu terdapat di daerah yang
curah hujan tahunannya hanya 800 mm. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang
musim kemaraunya berlangsung selama 2-4 bulan (dengan curah hujan kurang dari
50 mm per bulan). Namun pernah ada juga spesimen yang ditemukan di daerah yang
musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini tumbuh di daerah dengan suhu
minimum tahunan 18-22° C. Jenis ini tidak tahan terhadap pembekuan. Di tempat
tumbuh aslinya, jenis ini hidup pada berbagai tipe tanah dan tampaknya tahan
terhadap tanah yang agak masam dengan pH sekitar 4,5. Jenis ini tidak
tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang secara teratur.
Sumber :
Stewart, J. Mulawarman,
J.M. Roshetko dan M.H. Powell. 2001. Produksi dan pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus): Pedoman lapang.
International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Bogor, Indonesia dan
Winrock International, Arkansas, AS. 63 halaman.
Tidak ada komentar:
Write comments