Senin, 06 Januari 2020

PRINSIP DASAR PENGAWETAN SEGAR HIJAUAN PAKAN


1. Pengertian Awetan Segar Hijauan Pakan
Di negara-negara  tropis yang  mempunyai 2 musim, persediaan  hijauan mempunyai fluktuasi yang berbeda. Musim penghujan merupakan musim yang banyak akan hijauan pakan dan bahkan sering berlebih, sedangkan pada musim kemarau merupakan musim paceklik, dimana hijauan yang ada mempunyai kualitas yang rendah. 
            Di negara-negara subtropis yang mempunyai  4 musim, banyak dibuat hijauan awetan kering yang disebut  “hay” atau “hooi” untuk menghadapi musim salju,  dimana pada musim tersebut  hijauan segar tidak akan didapatkan.   Di negara tropis hijauan awetan kering kurang populer, karena hijauan pakan boleh dikatakan memang tersedia sepanjang tahun. Namun  kenyataannya  pada musim kemarau, lebih-lebih kemarau panjang, hijauan pakan sulit didapatkan dan kalaupun ada hijauan tersebut mempunyai kualitas yang sangat rendah. Alternatif untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan, dapat dilakukan dengan  beberapa cara antara lain adalah sebagai berikut :
-  Membeli hijauan pakan dari daerah lain
-  Mengurangi jumlah ternak yang dipelihara pada saat kekurangan hijauan pakan
-  Mengawetkan hijauan yang berlebih untuk digunakan pada saat kekurangan hijauan pakan
-  Menanam lebih dari 1 jenis hijauan pakan untuk meratakan puncak-puncak  produksi
-  Menjaga kesuburan tanah semaksimal mungkin

            Disamping itu untuk menghindari kelangkaan pakan, perlu diupayakan  cara-cara pengadaan hijauan dengan kualitas yang baik  untuk penyediaannya sepanjang tahun.   Cara – cara ini dapat dilakukan melalui sistim pengawetan dan pengolahan.  Sistim pengawetan dapat dilakukan  melalui  pembuatan silase (awetan hijauan segar) dan  hay (awetan hijauan kering), sedangkan pengolahan dapat dilakukan dengan pengolahan secara fisik (pencacahan, penggilingan atau pemanasan), secara kimia (perlakuan alkali dan  amoniasi) dan secara biologi  yang umumnya dilakukan fermentasi menggunakan jasa mikrobia selulolitik.
Silase adalah hasil awetan segar hijauan pakan setelah mengalami proses ensilase yang berlangsung dalam suasana asam dan anaerob, hijauan pakan  disimpan dalam keadaan segar (KA = 60 -70%) di dalam suatu tempat yang disebut silo.   Prinsip pembuatan silase adalah mempercepat terjadinya suasana asam dengan cara menyimpan  hijauan segar (kadar air = 60-70 %) dalam kondisi anaerob.    Adapun tujuan pembuatan silase ini adalah  untuk :
-  Persediaan pakan yang dpt digunakan pada saat kekurangan hijauan pakan
-  Menampung kelebihan produksi hijauan pakan
-  Memanfaatkan hijauan pakan pada saat pertumbuhan terbaik yang belum dimanfaatkan secara langsung
-  Mendayagunakan limbah pertanian (agricultural waste product) maupun hasil ikutan pertanian (agricultural by- product)

            Beberapa persyaratan hijauan makanan ternak yang baik digunakan untuk bahan silase adalah sebagai berikut :
-  Mengandung cukup substrat yang fermentabel dalam bentuk WSC (water soluble carbohydrates= karbohidrat terlarut). Glukosa dan fruktosa (WSC) pada rumput-rumputan, dengan konsentrasi  10 - 30 g/kg BK. Disakarida berupa sukrosa terdapat sekitar 20 - 80 g/kg BK.
-  Buffering capasity rendah (kemampuan mempertahankan pH rendah).Buffering Capacity”  bahan pakan leguminosa lebih tinggi dibanding  rumput, sehingga dalam pembuatan silase perlu diperhatikan.
-  Kandungan  bahan  kering (BK) pada keadaan segar  di atas 200 g/kg (>20 %)
-  Penambahan bahan karbohidariat mudah dicerna (5-10 %), seperti bekatul, tetes atau onggok dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya suasana asam.
Prinsip Dasar Pembuatan Silase
    Silase merupakan hasil awetan segar hijauan makanan ternak setelah mengalami proses fermentasi yang disebut “ensilase  dan  berlangsung dalam kondisi anaerob. Hijauan makanan ternak disimpan dalam keadaan segar (KA = 60 -70%) di dalam suatu tempat yang disebut “silo.
            Prinsip pembuatan silase adalah mempercepat  terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam dengan proses “ensilase”.  Dalam proses ensilase  akan dihasilkan asam laktat  yang kemudian akan membuat kondisi hijauan makanan ternak di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi awet, karena semua mikrobia termasuk mikrobia pembusuk akan mati.  Proses ensilase akan berakhir setelah suasana menjadi asam (pH kurang dari 4,2).

2. Metode Pembuatan Silase
            Silase dapat dibuat dengan beberapa metode :
2.1. Metode Panas (Belanda)
       Rumput yang sudah dipotong-potong ditumpuk di dalam silo, diusahakan selapis demi selapis, diratakan dan dipadatkan, proses penumpukan dan pemadatan lebih kurang 7 hari.  Sebagai  penutup digunakan lapisan tanah setebal 50 – 6-0 cm.  Bila rumput mulai melayu, maka lubang akan mengempis dan masuk ke dalam lubang.  Di sekeliling lubang sebaiknya dibuat parit agar air tidak masuk ke lubang. Untuk menjaga kualitas silase, dapat dilakukan dengan pemadatan yang sempurna, drainase yang baik dan penghindaran dari  air yang masuk ke luabang, penutupan lubang harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya.  Pembukaan silase metode ini dilakukan minimal setelah 4 bulan. Lubang silo bisa berbentuk silindris atau kotak dengan ukuran 2 – 4 meter, dan dalam 2 m.

2.2.  Metode  Dingin (asam)
       Pada metode ini diperlukan silo yang berdinding tembok atau kayu, hijauan harus secepat mungkin dimasukkan dalam silo. Pengisisan dan pemadatan maksimal   1–3 hari . Pemadatan harus dilakukan benar-benar sempurna, lapisan demi lapisan.  Setelah semua bahan masuk, silo harus ditutup rapat dan bila perlu diberi pemberat. Prinsip metode dingin ini adalah, dengan diselesaikannya pemasukan bahan dalam waktu singkat dan pemadatan yang sempurnya, maka  dalam proses ensilasenya tidak terjadi panas dan tetap dingin.  Jika hijauan yang dibuat silase kurang mengandung bahan karbohidrat, bisa ditambah bahan karbohidrat dengan tujuan untuk mempercepat terbentuknya suasana asam.  Suasana asam terbentuk akibat fermentasi dari karbohidrat.  Untuk mempercepat suasana asam juga bisa dilakuakn dengan penambahan bahan-bahan kimia seperti : asam fosfat, natrium bisulfat, campuran HCl encer  dll.  Banyaknya bahan tambahan (tetes, tepung jagung) yang ditambahkan dalam pembuatan silase sekitar 2 – 4 % dari bahan silase (rumput dan atau legum).  Untuk legum bahan aditif bisa lebih banyak 1 – 2 % dibanding rumput.  Untuk aditif dedak halus atau bekatul, bisa sampai 10 % dari bahan silase.

2.3. Metode Finlandia
Pada metode ini juga dibutuhkan silo yang baik. Hijauan harus secepatnya dimasukkan dan dipadatkan ke dalam silo.  Tiap lapisan dibasahi dengan HCl BJ 1,17 (33,5%). Banyaknya HCl yang ditambahkan harus dapat menciptakan suasana asam dengan pH antara 3,5  -  4.  Pemakaian HCl sebanyak 1 liter/ 100 kg bahan seilase.  Sebelum disiramkan pada rumput harus diencerkan dengan air sebanyak 6 kali. Bila silo berukuran garis tengah 6 meter, maka selapis timbunan dibutuhkan 300 kg rumput yang harus disiram 18 liter HCl yang telah diencerkan.  Bila penimbunan tidak dapat selesai sehari, maka timbunan harus ditutup rapat-rapat (dengan karung goni atau plastik).  Bila  timbunan rumput sudah cukup (berlapis-lapis) kemudian  ditutup dengan tanah  setebal 60 cm dan diberi beban. Setelah masak, silase akan mengempis sampai setengahnya. Karena itu penimbunan hendaknya setinggi 2 kali tinggi silo. Silase yang dibuat dengan cara ini akan bermutu tinggi dan berbau sedap, sehingga disukai ternak. Untuk sapi dapat diberikan 20 – 30 kg silase. Sebaiknya ditambah hooi atau jerami.

2.4. Silo (Tempat Pembuatan Silase)
Silo berasal dari bahasa Yunani “Siro” yang berarti tempat untuk menyimpan biji-bijian. Silo yang dimaksud disini adalah merupakan tempat atau wadah untuk membuat silase. Bahan dari silo bervariasi, bisa dari plastik, drum, bus beton,  kayu dan atau semen permanen.  Pembuatan silo dapat dilakukan secara permanen, semi permanen atau tidak permanen, hal ini tergantung situasi dan kondisi serta kebutuhan.   Menurut letak dan bentuknya, silo dibedakan menjadi beberapa bentuk :
Stack  atau Penc Silo
Silo atau tempat silase ini berbentuk bulat atau persegi dan terbuat dari bahan yang tidak permanen, hijauan ditimbun diatas tanah
Tower Silo
   Silo model tower terletak di atas tanah, berbentuk menara, bisa bulat atau persegi, terbuat dari kayu atau beton dan hijauan ditimbun di dalamnya.
Pit / Trench Silo
Silo ini berbentuk silinder dan berada di dalam tanah (permukaan sejajar dengan permukaan tanah), bahan hijuan disimpan di dalam lubang di tanah
Clamp Silo
    Silo ini merupakan bentuk gabungan antara  stack dan pit silo, sehingga letaknya sebagian di dalam tanah dan sebagian muncul di atas tanah.  Sebagian besar silase berada di atas tanah .

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silase :
-  Lama pekerjaan tidak boleh lebih dari 3 hari
-  Bahan silase harus ditumpuk rapi/ dipadatkan
-  Setelah proses ensilase selesai,  pH harus dipertahankan kurang dari 4,2 (pH lebih dari 4,8 akan terjadi pembusukan dan peragian)
-  Suhu optimum untuk bakteri asam laktat 25 - 35oC

2.5. Peralatan yang Digunakan untuk Membuat Silase
            Beberapa peralatan yang digunakan dalam  pembuatan silase ini adalah sebagai berikut:
-  Tempat silase (silo),  bisa  terbuat  dari  plastik  ukuran  besar  atau  bis  beton  diameter  80 – 100 cm dsb.
-  Alat pemotong, berupa pisau besar atau choper
-  Timbangan
-  Lak ban/ isolasi besar dan tali rafia/ tali karet (dari ban dalam bekas)
Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan dalam  pembuatan silase adalah :
-  Hijauan pakan yang  dapat dibuat silase  adalah  berupa rumput, legume  dan hijauan jagung
-  Bahan pengawet/ tambahan/ pelengkap dapat  berupa bekatul, onggok  dan tetes
Prosedur pembuatan silase :
-  Hijauan / rumput  (yang sudah dilayukan dengan kadar air + 65 %) dipotong-potong (5 -10 cm),
-  Hijauan atau rumput ditimbang  dan dicampur dengan 5 % bahan pelengkap (bekatul/ tetes atau onggok) sampai homogen
-  Dimasukkan dalam tempat (silo) dan dipadatkan dan  kemudian ditutup rapat, disimpan/ diperam dengan aman (tidak kena air dan jauh dari serangga)
Tahap pembuatan silase :
-  Tahap pengisian
o   hijauan pakan  dipotong-potong  dilayukan
o   Bahan/hijauan pakan dicampur dengan bahan pengawet / tambahan / pelengkap
o   Masukkan ke dalam silo dipadatkan
-  Tahap penutupan
Bahan dalam pembuatan silase :
Bahan dasar/pokok
·         Rumput potong
·         Rumput lapangan
·         Leguminosa
·         Campuran rumput dan leguminosa
·         Limbah pertanian
Bahan tambahan/pelengkap
·         Penambahan asam mineral untuk menimbulkan millieu asam (larutan Cl, asam propionat, asam semut, dll)
·         Penambahan asam organik (gula tebu, molasse)
·         Penambahan asam laktat
·         Penambahan ubi-ubian (kentang, ketela pohon, dll)
Untuk membuat silase, harus diupayakan terbentuknya keadaan hampa udara (anaerob) dan suasana asam.
Keadaan hampa udara, dapat dilakukan dengan :
·         Tempat yang tertutup rapat
·         Penimbunan hijauan pakan yang dipadatkan
·         Pemadatan yang baik  memperkecil kantong udara  dan hijauan pakan sebaiknya dipotong-2. Silo yang tidak rapat  menyebabkan  tumbuhnya jamur.
Suasana asam pH diupayakan turun menjadi ± 4. Penurunan pH dpt dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
·         Langsung, dengan penambahan bahan kimia (Na-bisulfat, sulfur dioksida, asam klorida)
·         Tidak langsung, dengan penambahan bahan sumber karbohidrat : tetes (3%), dedak halus (5%), menir (3,5%), onggok (3%)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silase :
-  pH harus dipertahankan kurang dari 4,2 (pH lebih dari 4,8 ensilase gagal & terjadi peragian)
-  Suhu optimum untuk bakteri asam laktat 25 - 35oC
-  Lama pekerjaan tidak boleh lebih dari 3 hari
-  Bahan silase harus ditumpuk rapi/dipadatkan

Penilaian hasil pembuatan silase secara organoleptis berdasarkan skor terhadap warna,bau, tekstur, ada/tidaknya jamur dan penggumpalan, serta pH dapat dilihat dalam Tabel Skor di atas.
Ciri-ciri silase yang baik :
-  Rasa dan bau asam
-  Warna hijau seperti daun direbus
-  Tekstur hijauan seperti bahan asal
-  Tidak berjamur, berlendir atau menggumpal
-  Secara kimiawi : banyak mengandung asam laktat, N amonia rendah (<10%), tidak mengandung asam butirat
-  pH rendah (4,2 - 4,8)
Secara organoleptis, silase dapat dievaluasi berdasarkan skor terhadap bau, warna, tekstur, ada/tidaknya jamur dan penggumpalan.  Adapun cara pembuatan skor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



Kriteria
Karakteristik
Skor
Bau dan rasa
·  sangat busuk & merangsang
·  sedang
·  asam
1 - 3
4 - 6
7 - 9
Tekstur
·  lembek
·  sedang
·  seperti hijauan segar
1 - 3
4 - 6
7 - 9
Warna
·  tanpa warna hijauan
·  hijau kecoklatan
·  hijau seperti daun direbus
1 - 3
4 - 6
7 - 9
Jamur
·  banyak
·  sedikit
·  tidak ada
1 - 3
4 - 6
7 - 9
Penggumpalan
·  Menyeluruh
·  tengah
·  tepi
1 - 3
4 - 6
7 - 9


Tidak ada komentar:
Write comments