Burung puyuh adalah salah satu jenis ternak dari bangsa burung yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Budidaya burung puyuh tidaklah memerlukan lahan yang luas, namun dapat memanfaatkan pekarangan disekitar rumah asalkan pencahayaan dan sirkulasi udara baik, karena kandang puyuh dapat disusun secara bertingkat sehingga kapasitas bisa lebih banyak. Burung puyuh juga merupakan penghasil produk asal hewan berupa daging dan telur yang sekaligus sebagai penyumbang kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.
Budidaya burung puyuh di Kabupaten Blitar memiliki potensi yang cukup besar dengan jumlah populasi sekitar 466.800 ekor, meskipun tidak sebesar ayam ras petelur yang hampir ada di seluruh wilayah kabupaten, namun nampaknya cukup menarik bagi sebagian masyarakat untuk beternak puyuh karena modal yang dikeluarkan pun juga tidak begitu besar. Masyarakat peternak burung puyuh tersebar di beberapa wilayah kecamatan dengan skala usaha yang beragam, namun sebagian besar masih beternak dalam skala rumah tangga. Cara budidaya yang dilakukan pun cukup beragam mulai dari yang melakukan budidaya secara mandiri maupun mengikuti kemitraan dengan poultry shop untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. Ada pula peternak-peternak di suatu wilayah yang merupakan sentra peternakan burung puyuh membentuk komnitas ataupun kelompok tani dengan burung puyuh petelur sebagai komoditas utamanya. Kelompok tersebut juga mendapat bimbingan dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL) di desa setempat.
Budidaya burung puyuh memang cenderung lebih dinamis khususnya pada puyuh petelur. Kondisi tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah fluktuasi harga telur yang sangat cepat sekali dan tingkat kematian puyuh yang cukup tinggi. Masyarakat yang beternak puyuh pun silih berganti, ada yang mulai beternak, namun di satu sisi ada pula yang tumbang.
Permasalahan saat ini yang dihadapi peternak puyuh adalah adanya pandemi Covid-19. Pada awal pandemi harga telur puyuh sempat turun hingga mencapai Rp. 21.000,00 per kg. Banyak peternak yang akhirnya harus mengurangi populasinya bahkan sebagian akhirnya tidak mampu bertahan dan harus menutup usahanya. Harga telur yang sempat turun tersebut juga diperparah lagi dengan sulitnya pemasaran di awal-awal masa pandemi karena berkurangnya permintaan dari luar daerah. Seiring berjalannya waktu dengan semakin berkurangnya populasi puyuh akibat pandemi secara otomatis berkurang pula jumlah produksi telur yang dihasilkan. Inilah yang menjadi titik balik dimana harga telur secara berangsur-angsur naik bahkan mampu mencapai titik tertinggi diharga Rp. 28.000,00 per kilo. Harga tersebut menurut para peternak merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah budidaya puyuh yang mereka lakukan. Di satu sisi permintaan dari luar daerah pun mulai kembali bertambah. Peternak yang mampu bertahan di awal masa pandemi tentunya sangat beruntung karena harga saat ini sudah cukup stabil.
Peternak puyuh dalam melakukan budidaya dan pengembangan usahanya tentunya juga perlu melakukan mengenal pakan burung puyuh yang baik agar usahanya berjalan tanpa kenada. Pakan menjadi faktor strategis dalam usaha peternakan dan sangat berpengaruh terhadap produksi dan produktifitas ternak serta akan mempengaruhi kualitas hasil ternak seperti daging, telur dan susu. Selain itu pakan mempunyai proporsi yang besar dari total biaya produksi peternakan pola intensif, sekitar 70-80%.
Pakan yang dibuat untuk konsumsi ternak juga harus memperhatikan aspek keamanan pangan. Pakan yang bagus dan bermutu tinggi akan meningkatkan produksi pangan hasil ternak (daging, telur dan susu) untuk kebutuhan konsumen. Pakan yang aman mengacu pada kesehatan ternak dan lingkungan sehingga dapat meminimalkan resiko kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya.
Saat ini banyak sekali jenis bahan pakan beredar di pasaran yang dipakai sebagai penyusun formulasi pakan. Pakan yang beredar perlu dilakukan pengawasan sebaik-baiknya sehingga konsumen pakan dapat terlindungi dari kerugian akibat mutu pakan yang tidak memenuhi persyaratan. Diperlukan suatu instrument yang menjadi sumber informasi mengenai apa yang diinginkan oleh konsumen dan menjadi informasi kunci bagi produsen dalam membuat produk sesuai kebutuhan konsumen dengan adanya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).
No. | Parameter | Satuan | Persyaratan |
1. | Kadar Air | % | Maks. 14,0 |
2. | Protein Kasar | % | Min. 17,0 |
3. | Lemak Kasar | % | Maks. 7,0 |
4. | Serat Kasar | % | Maks. 7,0 |
5. | Abu | % | Maks. 14,0 |
6. | Kalsium (Ca) | % | 2,50 – 3,50 |
7. | Fosfor Total (P) | % | 0,60 – 1,00 |
8. | Fosfor Tersedia | % | Min. 0,40 |
9. | Energi Metabolis (ME) | Kkal/kg | Min. 2700 |
10. | Total Aflatoksin | Ųg/kg | Maks. 40,0 |
11. | Asam Amino - Lisin - Metionin - Metionin + Sistin | % % % | Min. 0,90 Min. 0,40 Min. 0,60 |
Tidak ada komentar:
Write comments