MENGENAL AYAM JOPER ALIAS JOWO SUPER

        Joper atau Jowo Super merupakan istilah yang diberikan kepada ayam hasil persilangan antara induk ayam ras petelur dengan pejantan ayam buras (ayam jawa atau ayam arab). Ayam Joper sejak kemunculannya cukup banyak diminati oleh kalangan penetas maupun pembudidaya, dimana tujuan utama dari ayam ini adalah untuk diambil dagingnya. Harga yang relatif murah serta fisik yang terkadang mirip dengan ayam buras turut menjadi nilai tambah tersendiri yang membuat ayam persilangan ini cukup dicari sebagai pengganti ayam buras. Mahalnya daging ayam jawa yang biasa digunakan di rumah makan ataupun kedai makanan lainnya dapat diganti dengan daging ayam joper. Karakteristik dagingnya pun juga tidak terlalu berbeda sehingga banyak yang mengira daging ayam jawa. 


        Proses produksi bibit ayam joper tidaklah terlalu sulit. Para penetas biasanya sudah bekerja sama dengan pihak lain yang menyediakan telur yang akan ditetaskan. Pihak yang menyediakan telur tetas tersebut sudah bekerjasama dengan peternak yang memiliki ayam ras petelur dan biasanya dipilih ayam ras petelur yang sudah mengalami penurunan produksi, dimana akan dilakukan inseminasi buatan pada ayam ras tersebut dengan sperma dari pejantan yang telah dipersiapkan (pejantan ayam buras). Telur hasil inseminasi buatan itulah yang kemudian akan diambil dan dijual kepada para penetas untuk ditetaskan menjadi DOC ayam joper. 

        Proses penetasan telur ayam joper sama seperti telur ayam pada umumnya yang memerlukan waktu 21 hari. Penetasan ayam joper sebagian besar merupakan industri rumah tangga dengan kapasitas yang bervariasi. Peralatan khususnya mesin tetas yang digunakan pun beragam, ada yang menggunakan mesin tetas manual, semi otomatis hingga yang full otomatis. Daya tetas telur juga tergantung kualitas telur hingga penanganan selama proses penetasan. DOC yang telah menetas akan dikumpulkan ke dalam suatu wadah / box DOC dan tiap box akan diisi dengan jumlah 100 ekor (+ 2 ekor) sebelum akhirnya dikirim ke pembeli. Proses pemasaran untuk DOC joper jarang sekali mengalami kendala, kalaupun ada terkadang hanya masalah harga yang jatuh namun masih dinilai menguntungkan bagi penetas. Jatuhnya harga DOC joper terkadang berbanding lurus dengan turunnya harga jual ayam broiler.

        Konsumen terakhir dari DOC ayam joper ini adalah para pembudidaya yang hanya fokus pada pemeliharaan mulai dari DOC hingga panen. Masa panen ayam joper kurang lebih antara umur 50 – 60 hari dengan bobot rata-rata 900 – 1.000 gram per ekor meski tidak jarang juga tergantung pada permintaan pasar. Para pembudidaya umumnya adalah para mantan peternak ayam broiler yang lebih memilih ayam joper maupun pejantan karena harga yang lebih stabil. Rata – rata para peternak ini dalam memelihara menggunakan sistem mandiri dimana mereka bebas menjual hasil panennya dan tidak tergantung pada penjual tertentu. Konsekuensinya adalah peternak harus menyiapkan modal sendiri untuk membeli DOC dan memulai pemeliharaan hingga panen. Pakan, obat – obatan dan vitamin juga tergantung peternak. Begitu pula resiko selama masa pemeliharaan juga harus siap ditanggung sendiri.

        Jenis pakan yang diberikan secara umum sama dengan pakan untuk pemeliharaan ayam ras broiler maupun pejantan, dimana pakan jadi broiler selalu menjadi pilihan utama yang diberikan di masa awal pemeliharaan setidaknya hingga umur kurang lebih satu bulan. Pakan selanjutnya cukup bervariasi dari sisi merk namun kandungan protein harus sedikit lebih rendah dari pakan awal. Adapula peternak yang mencampur sendiri agar lebih menghemat biaya, yaitu dengan mencampur pakan jadi dengan komponen pakan lain seperti jagung dan katul. Pakan yang kedua ini diberikan hingga masa panen tiba. Tentunya kualitas pakan juga sangat mempengaruhi hasil pemeliharaan dimana jika pakan yang diberikan bagus atau dengan protein tinggi maka hasilnya pun ayam akan lebih cepat dipanen. Namun kualitas pakan khususnya kandungan protein dalam pakan tentunya sangat berbanding lurus dengan harga pakan tersebut sehingga akan mempengaruhi biaya produksi. Maka dari itu peternak harus pandai menghitung dan memprediksi situasi yang akan terjadi saat masa panen tiba, apakah harga saat itu akan bagus atau tidak, karena jika harga saat panen rendah maka dengan pakan yang bagus otomatis akan semakin menambah biaya produksi dan peternak kemungkinan justru akan mengalami kerugian.

        Ayam joper yang telah siap panen akan dicarikan pedagang (bakul) untuk membeli dengan harga sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat itu, dan biasanya antara peternak maupun pedagang juga sudah saling mengetahui harga yang berlaku saat itu. Harga jual ayam joper dihitung berdasarkan timbangan per kilogram bobot hidup. Pemasaran ayam joper tidak terlalu sulit karena banyak sekali pembeli khususnya dari industri rumah makan maupun warung makanan di pinggir jalan menjadi konsumennya. Para pengusaha di bidang kuliner merasa dengan adanya daging ayam joper lebih memberikan keuntungan daripada menggunakan daging ayam jawa yang harganya relatif lebih mahal, kualitas daging yang tidak terlalu jauh juga tidak terlalu berpengaruh terhadap selera konsumen.

Penulis :

Tuhu Aneng Pambudi, S.Pt

NIP. 19860622 201502 1 002

Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

Editor :

Priya Anugera S, S.Pt

Tidak ada komentar:
Write comments