FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR

Usaha peternakan khususnya ayam petelur saat ini masih sering mengalami berbagai masalah, diantarnya adalah naik turunnya harga telur yang cukup signifikan dan cepat. Kondisi tersebut ternyata cukup mempengaruhi minat masyarakat untuk berusaha di bidang budidaya peternakan ini. Harga bibit dan pakan yang mahal akhir-akhir ini semakin menambah berat ongkos produksi untuk beternak ayam petelur.
Masalah lain yang semakin membuat peternakan ayam petelur cukup berat untuk melakukan budidaya adalah kondisi ayam petelur yang jarang sekali dapat mencapai puncak produksi. Hal ini sangat berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun yang lalu dimana meskipun harga juga terkadang naik dan bahkan turun cukup drastis, namun kondisi produksi telur yang dihasilkan masih dapat diharapkan untuk mencapai puncak produksi. Saat ini sangat jarang sekali khususnya di peternakan rakyat yang produksi telurnya mampu mencapai diatas 90 %, kalaupun ada biasanya juga tidak akan bertahan lama. Kondisi tersebut memang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaralain :bibit / DOC, pakan yang digunakan, perkandangan, manajemen pemeliharaan, program vaksinasi, biosecurity.
Pertama, untuk bibit / DOC yang digunakan, tentunya peternak (khususnya peternak rakyat) tidak dapat memilih DOC ketika melakukan pemesanan / pembelian, karena mereka hanya membeli dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, apalagi jika DOC sedikit tidak jarang harus menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan DOC, padahal kondisi kandang sudah siap. Peternak pun ketika DOC yang dipesan sudah dating juga tidak dapat menolak DOC tersebut dengan kondisi apapun yang terkadang ada kondisi DOC yang kurang bagus, lemas bahkan sampai ada kematian meskipun ada tambahan 2 ekor di setiap boxnya.
Kedua, pakan yang digunakan sebagian besar peternak (khususnya peternak rakyat) masih sangat tergantung dari pakan pabrikan. Peternak rakyat umumnya dalam penyediaan pakan ini komposisinya cukup bervariasi. Ada yang membeli secara mandiri dengan mencari bahan baku sendiri, namun ada pula yang tergantung pada took pakan ternak (poultry shop) sehingga komposisinya sudah ditentukan
Peternak yang menggunakan konsentrat layer dengan ditambah jagung dan bekatul saja komposisinya juga berbeda-beda. Misalnya konsentrat layer (protein 33 % atau 36 %) 50 kg ditambah jagung 70 kg dan bekatul 30 kg dalam satu kali pencampuran pakan. Ada pula yang menggunakan konsentrat layer (protein 33 % atau 36 %) 50 kg ditambah jagung 75 kg dan bekatul 25 kg. Hal tersebut tentu tergantung kebutuhan, kondisi dan selera masing-masing peternak.

Ketiga, perkandangan saat ini juga merupakan faktor yang cukup menentukan dalam keberhasilan usaha peternakan. Bentuk dan struktur kandang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan ayam yang ada di dalamnya karena suhu, sirkulasi dan pencahayaan di dalam kandang dipengaruhi faktor ini. Kondisi pemanasan global saat ini yang membuat perbedaan suhu yang sangat ekstrim antara siang dan malam sangat berpengaruh terhadap kondisi ayam dan produktivitas telur.
Saat ini sudah mulai bermunculan peternak yang beralih menggunakan kandang tipe closed house untuk mensiasati perbedaan suhu tersebut, karena dengan tipe kandang ini suhu dan kondisi di dalam kandang dapat disesuaikan dan diatur sesuai kebutuhan dan standar agar kondisi ayam nyaman dan produksi telur maksimal. Namun hal tersebut cukup sulit untuk diaplikasikan pada sebagian besar peternak rakyat karena memang membutuhkan modal yang tidak sedikit, sehingga wajar dengan kondisi seperti ini produksi telur dipeternakan rakyat yang menggunakan kandang konvensional / terbuka jarang sekali yang dapat mencapai produksi maksimal.
Keempat, manajemen pemeliharaan yang diterapkan masing-masing peternak juga sangat bervariasi. Kondisi tersebut banyak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan peternak dan keadaan lingkungan. Peternak yang wawasannya luas serta relasinya cukup banyak biasanya lebih baik dalam melakukan pemeliharaan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan sehari-hari hingga mengevaluasi segala hal termasuk kekurangan selama masa pemeliharaan, sehingga akan ada perbaikan-perbaikan kedepannya terhadap manajemen pemeliharaannya. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya pencatatan / recording yang jelas mulai dari awal pemeliharaan khususnya produksi sehingga dapat diketahui perkembangan kondisi ayam dan produksinya. Hal inilah yang terkadang dilupakan oleh sebagian peternak sehingga perkembangan kondisi dan produksi tidak terpantau dan tercatat dengan baik.
Kelima, program vaksinasi yang diterapkan haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada sehingga akan diketahui vaksin apa saja yang dibutuhkan dan kapan harus dilakukan vaksinasi tersebut. Kondisi di tiap-tiap farm tentu berbeda-beda melihat sejarah penyakit di kandang tersebut serta kondisi lingkungan yang ada. Pelaksanaan vaksinasi ini biasanya para peternak sudah biasa berkonsultasi dengan poultry shop tempat mereka membeli vaksin dan kebutuhan lainnya atau melalui dokter hewan dan Tecnichal Sales yang mereka undang serta sesama peternak.
Keenam, program biosecurity inilah yang biasanya sering luput dari perhatian, padahal biosecurity ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di dalam kandang. Peternak biasanya hanya melakukan semprot kandang lingkungan dalam beberapa hari sekali atau setiap hari jika terjadi kasus penyakit. Biosecurity dapat dimulai dari mulai masuk area kandang yaitu dengan menyiapkan sempot dan celup kaki / ban kendaraan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk area kandang. Alas kaki dan pakaian khusus kandang juga seharusnya disediakan sehingga dapat meminimalisir penularan penyakit dari luar kandang. Biosecurity yang tidak baik bahkan tidak diterapkan tentunya menjadi salah satu penyebab masuknya penyakit dari luar kandang yang akan berpengaruh pada kondisi dan produktivitas ayam.
Penulis : 
Priya Anugera S, S.Pt
NIP. 19820221 201101 1 009
Pengawas Mutu Pakan Ahli Muda
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar

Tidak ada komentar:
Write comments