Kebutuhan
yang cukup besar akan produk asal hewan dimana salah satunya berupa telur ayam ras
yang cukup terjangkau harganya sebagai sumber protein hewani tentunya memerlukan
ketersediaan ternak yang memproduksi telur tersebut. Populasi ayam ras petelur
sebagai penghasil telur meski sempat mengalami sedikit penurunan akibat pandemic
Covid 19 bukan berarti komoditas ternak yang satu ini akan terus berkurang.
Masa produksi yang cukup panjang tentunya menjadi salah satu pertimbangan bagi
peternak untuk terus melakukan replacement. Kendati sempat mengalami masa sulit
di awal pandemi, namun kebutuhan akan produk telur yang masih cukup tinggi
tentunya memberi peluang bagi para peternak untuk terus melakukan budidaya ayam
ras petelur.
Dalam
melanjutkan keberlangsungan usahanya tentunya peternak ayam ras petelur harus
melakukan replacement. Replacement dapat dilakukan dengan membeli bibit ayam
umur satu hari (DOC) maupun bibit ayam siap telur (pullet) baik umur 13 maupun
16 minggu. Peluang inilah yang akhirnya dilirik oleh beberapa peternak atau
pembudidaya untuk membuka usaha penyediaan bibit ayam siap telur yang salah
satunya berupa kemitraan.
Ada cukup
banyak kemitraan yang berkembang saat ini dengan berbagai variasi model kontrak
kerjasama. Inti akan mencari peternak yang memiliki kandang yang tidak
digunakan. Kandang yang akan digunakan untuk pembibitan ayam siap telur ini
berupa kandang dengan alas panggung maupun litter. Inti akan menyediakan bibit
ayam (DOC), pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin, sedangkan peternak pemilik
kandang harus menyiapkan kandang beserta sarana produksinya seperti, sekam,
pemanas, tempat pakan, tempat minum, listrik, air dan tenaga kerja. Dalam hal
manajemen pemeliharaan, manajemen pemberian pakan, manajemen kesehatan dan lain-lain,
peternak diwajibkan untuk mengikuti petunjuk atau arahan yang diberikan oleh
pihak inti. Peternak juga harus melaporkan secepatnya jika ada kejadian dalam
masa pemeliharaan yang tidak sesuai dengan standar yang dibuat oleh pihak inti.
Kerjasama
yang dilakukan oleh pihak inti dan peternak cukup bervariasi. Ada yang menggunakan
skema bagi hasil, tentunya setelah hasil penjualan dikurangi dengan semua biaya
produksi yang kemudian akan dibagi secara persentase. Adapula yang menggunakan
mekanisme hitungan ayam yang dipanen dihargai sekian ribu rupiah, namun ada
pula yang telah ditetapkan dengan hitungan ayam masuk namun seluruh operasional
kandang ditanggung oleh peternak. Bahkan masih ada kemungkinan jika hasil panen
bagus peternak akan mendapatkan tambahan penghasilan dihitung berdasarkan
persentase ayam yang layak dijual sebagai pullet.
Peternak
selaku pemilik kandang pada umumnya merasa cukup nyaman dengan berbagai model kerjasama
kemitraan pullet ini, pasalnya hamper sangat kecil sekali peternak akan
mengalami kerugian. Meskipun waktu pemeliharaan cukup lama hingga memakan waktu
sampai 4 bulan, namun jaminan mendapatkan hasil dari mengikuti kemitraan seolah
sudah pasti didapat. Hal ini tentunya berbeda dengan sebelumnya dimana
rata-rata peternak pernah mengikuti kemitraan broiler dengan waktu pemeliharaan
yang pendek.
Bagi
pihak inti tentunya juga sangat menguntungkan Ketika mereka menggandeng
peternak selaku pemilik kandang untuk Kerjasama budidaya pullet ini, mengingat
pihak inti tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembangunan kandang,
operasional kandang dan tenaga kerja serta tidak perlu mengeluarkan biaya
perawatan apabila ada kerusakan kandang karena semua itu tentunya sudah menjadi
tanggungan peternak selaku pemilik kandang. Jika harga pasar sedang bagus dan
performa pullet maksimal, maka keuntungan pihak inti yang didapat dari penjualan
pullet setelah dikurangi biaya produksi ataupun biaya untuk Kerjasama dengan
peternak masih terbilang cukup besar. Sedangkan bagi peternak meskipun hasil
yang didapat dari Kerjasama dengan pihak inti masih harus dikurangi dengan
biaya operasional kandang, namun rata-rata mereka masih memiliki sisa untuk
melanjutkan usahanya mengikuti kemitraan pullet. Bahkan tidak jarang peternak
yang telah beberapa periode mengikuti kemitraan ini bisa membangun dan menambah
kandang baru sehingga populasinya bertambah. Tentunya dengan bertambahnya
populasi akan semakin menguntungkan karena hasil yang didapatkan juga akan
lebih banyak. Sedangkan bagi pihak inti bertambahnya populasi tentu juga
menjadikan keuntungan tersendiri apalagi masih berada di lokasi yang sama
sehingga akan mampu mengurangi biaya operasional baik itu transportasi untuk
pakan, panen bahkan tenaga vaksinasi dan grading.
Salah
satu komitmen yang harus dipenuhi oleh peternak selaku pemilik kandang selain
wajib mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh pihak inti adalah harus siap
jika selama masa pemeliharaan ada akan banyak sekali kegiatan kandang seperti
vaksinasi, potong paruh dan grading dimana pihak peternak harus siap terutama
kebutuhan tenaganya. Melihat potensi keuntungan tersebut sangat tidak
mengherankan jika banyak peternak yang kemudian beralih mengikuti kemitraan
budidaya pullet ini.
Penulis :
Tuhu Aneng Pambudi, S.Pt
NIP. 198606222 2201502 1 002
Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar
Editor :
Priya Anugera S, S.Pt
Tidak ada komentar:
Write comments